Minggu, 05 Juli 2009

Askep Bedah

POLA PEMERIKSAAN PENYAKIT KANKER
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara yang klasik dan
penting dalam diagnosis tumor. Dengan cara ini dapat diketahui
letak dan diameter tumor serta hubungannya dengan jaringan
atau organ sekitarnya. Diameter ditentukan dengan mengukur
diameter terbesar tumor. Kecepatan membesar tumor dapat di
ukur dengan menentukan diameter. Sebenarnya kecepatan pertumbuhan
tumor harus diukur menurut volume.
Hubungan tumor harus dinyatakan deskriptif : bebas bergerak,
atau melengket dengan jaringan sekitarnya. Konfigurasi kulit
yang menutup tumor juga penting dinyatakan. Misalnya pada
kanker payudara stadium lanjut sering terlihat konfigurasi kulit
seperti kulit jeruk, bisul dan tukak.
Palpasi kelenjar getah bening regional dilakukan cermat
dengan pola tertentu untuk mengetahui kemungkinan adanya
metastasis.
2) Pemeriksaan sitologi/histopatologi
Tumor yang letaknya dalam, diusahakan diperiksa melalui
fine needle aspiration biopsy (bipsi aspirasi jarum halus), truecut
needle biopsy, bone marrow punction ataupun biopsi insisi/
eksisi. Pemeriksaan jaringan dengan cara di atas perlu dilakukan,
selain untuk diagnostik kanker, juga untuk menentukan
subtipe tumor karena ada kaitannya dengan pola pengobatan.
3) Pemeriksaan sifat kimiawi atau biologis
Reaksi hormon atau sitostatika terhadap sel tumor penting
diketahui untuk kepentingan terapi.
Kalau mungkin pada setiap jenis tumor di lokasi tertentu
dibuat saru skema pola penanggulangan mulai dari diagnosis
sampai pada terapi yang disebut protokol penanggulangan tumor.
Biasanya protokol ini merupakan kesepakatan dari kelompok
atau tim kanker berdasarkan pengalaman dan kutipan
dari berbagai kepustakaan. Hal ini penting sekali untuk menyatukan
"bahasa" dari berbagai disiplin ilmu yang terkait.
Sebagai langkah permulaan cara penanggulangan tumor
adalah mengenal dan mengaplikasi sistem T.N.M. (T = Tumor,
N = metastasis pada node°atau kelenjar getah bening regionbal,
M = Metastasis pada organ jauh). Secara bertahap sistem YNM
pada setiap tumor ganas sudah harus dimanfaatkan. Sistem
TNM merupakan petunjuk stadium tumor semakin lanjut : T
(0, 1, 2, 3, 4), N (0, 1, 2, 3) dan M (0, 1).
POLA PENGOBATAN
Pola pengobatan yang baik adalah pola pengobatan yang
memberi penyembuhan komplit atau penyembuhan untuk
jangka waktu lama, komplikasi paling ringan dan mutilasi

paling sedikit. Untuk itu perlu diketahui bentuk mutilasi yang
mungkin timbul, gangguan psikis karena operasi, kemungkinan
pemakaian alat-alat tehnik revalidasi (contoh : pemakaian
payudara palsu, hilang pita suara diganti suara perut).
Dari uraian di atas dapat dipahami pentingnya kelompok/tim
penanggulangan kanker dalam tukar menukar pikiran atau
informasi mengenai berbagai penyakit kanker dan membandingkannya
dengan pengalaman kelompok lain untuk memilik
alternatif protokol yang paling baik.
ASPEK BEDAH MENGURANGI RESIDIF
Berkaitan sifat biologis dari sel kanker, perlu diperharikan
berbagai aspek bedah untuk mengurangi residif lokal atau
penyebaran kanker waktu operasi.
1) Mencegah anestesi lokal
Sel ganas yang terlepas sangat mudah masuk ke dalam
pembuluh darah yang diinfiltrasi cairan anastesi, karena tusukan
jarum atau perubahan tekanan dalam jaringan.
2) Massa tumor tidak boleh ditekan-tekan
Pada waktu tumor ditekan, sel tumor gampang terlepas dan
masuk ke dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah atau
melalui cerah jaringan masuk ke permukaan tumor dan invasi ke
jaringan sekitarnya.
3) Jaringan tidak boleh ditarik
Pada waktu operasi, jaringan tidak boleh ditarik-tarik karena
daya regang massa tumor terbatas dan mudah terkoyak. Melalui
jaringan rusak ini sel ganas mudah terlepas dan menyebar sehingga
dapat terjadi kontaminasi di permukaan luka operasi. Juga
tumor sebaiknya dikeluarkan in toto atau dengan jaringan
pembungkus setebal 2 cm dan tidak terpotong-potong. Diseksi
tumor tidak boleh dilakukan secara tumpul dan harus secara
tajam. Jaringan yang seolah-olah batas tumor tidak boleh dipercayai.
4) Pengangkatan kelenjar getah bening
Jaringan tumor beserta kelenjar getah bening bila mungkin
diangkat bersama-sama dan dianggap sebagai tumor. Luka bekas
eksisi percobaan juga harus ikut, hams dianggap dan ditanggulangi
sebagai tumor.
5) Permukaan berupa tukak
harus Permukaan tumor berupa tukak dan luka operasi
ditutup secara hermetis dan bila tak mungkin harus dibakar
dengan koagulasi, sehingga jaringan vital tidak terkontaminasi
sel tumor.
6) Reseksi usus
Usus yang direseksi karena tumor ganas, sebaiknya dibilas
dengan cairan anti sel kanker seperti sublimat, cairan hipochlorit
dengan konsentrasi tertentu; pemakaian cairan ini harus hati-hati
karena sifatnya sangat beracun; demikian juga luka operasi, dan
instrumen harus dicuci dengan cairan anti sel kanker sebelum
ditutup.
7) Radiasi
Dengan indikasi khusus dapat dilakukan radiasi sebelum
dan sesudah operasi untuk memperkecil kemungkinan residif
lokal. Penyinaran sebelum operasi dilakukan dalam hal tertentu
bertujuan mengantipasi kesalahan yang mungkin terjadi atau
sudah terjadi sebelum tumor ditanggulangi, misalnya biopsi
yang dilakukan dengan anestesi infiltratif, operasi terdahulu
yang dilakukan tidak radikal. Penyinaran preoperatif sebagai
fase pertama penanggulangan karsinoma rektum dan karsinoma
esofagus tidak termasuk dalam kategori ini.
Penyinaran sesudah operasi terutama dilakukan apabila
selama operasi ada kontaminasi atau pada spesimen ada darah.

Askep tumor otak

Pendahuluan
Otak dapat dipengaruhi berbagai macam tumor. Pasien yang mengalami tumor tersebut akan mengalami gejala-gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan dari pada tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting sekali untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanent. Peranan perawat sangat penting sekali dalam merawat pasien dan keluarganya hal ini disebabkan karena banyak sekali kemungkinan masalah-masalah fisik, psikologis dan sosial yang akan dihadapi.
Etiologi
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979). Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.
Patofisiologi
Tumor intracranial primer atau neoplasma adalah suatu peningkatan sel-sel intrinsik dari jaringan otak dan kelenjar pituitari dan pineal.
Tumor sekunder/metastase merupakan penyebab tumor intracranial, kebanyakan merupakan metastase dari tumor paru-paru dan payudara.
Prognosis untuk pasien dengan tumor intra cranial tergantung pada diagnosa awal dan penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan menyebabkan kerusakan serta kematian otak. Meskipun setengah dari seluruh tumor adalah jinak, dapat juga menyebabkan kematian bila menekan pusat vital.
Gejala-gejala dari tumor intra cranial akibat efk lokal dam umum dari tumor. Efek lokal berupa infiltrasi, invasi an pengrusakan jaringan otak pada bagian tertentu. Ada juga yang langsung menekan pada struktur saraf, menyebabkan degenerasi dan gangguan sirkulasi lokal.
Edema dapat berkembang dan terjadi peningkatan takanan intracranial (TIK). Peningkatan TIK akan dipindahkan melalui otak dan sistem ventrikel. Dapat juga terjadi sistem ventrikel ditekan dan diganti sehingga menyebabkan obstruksi sebagian vebtrikel. Papilledema akibat dari efek umum dari peningkatan TIK, kematian biasanya akibat dari kompressi otak tengah akibat herniasi.
Tipe Tumor Intracranial
1. Glioma terdiri dari :
· Glioblastoma multiforme
· Astrocytoma
· Ependymoma
· Medulloblastoma
· Oligodendrocytoma
2. Meningioma
3. Pituitary Adenoma
4. Neurinoma
5. Metastatic Carcinoma
6. Craniophryngioma, Dermoid, Epidermoid, Teratoma
7. Angiomas
8. Sarcomas
9. Unclassified (mostly gliomas)
10. Miscellaous (Pinealoma, Chordoma, Granuloma)
Jumlah total :
20 %
10 %
6 %
4 %
5 %
15 %
7 %
7 %
6 %
4 %
4 %
4 %
5 %
3 %
100 %
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF)
· Sakit kepala
· Nausea atau muntah proyektil
· Pusing
· Perubahan mental
· Kejang
Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak)
1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil edema.
2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia
3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.
4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi.
6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
7. Perubahan dalam seksual
8. Tanda-tanda dan gejala-gejala spesifik lesi dari masing-masing lobus dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Pengkajian
Data Subyektif
1. Pemahaman pasien tentang penyakitnya
2. Perubahan dalam individu atau pertimbangan
3. Adanya ketidakmampuan sensasi ( parathesia atau anasthesia)
4. Masalah penglihatan (hilangnya ketajaman atau diplopia)
5. Mengeluh bau yang tidak biasanya (sering tumor otak pada lobus temporale)
6. Adanya sakit kepala
7. Ketidakmampaun dalam aktifitas sehari-hari.
Data Obyektif
1. Kekuatan pergerakan
2. Berjalan
3. Tingkat kewaspadaan dan kesadaran
4. Orientasi
5. Pupil : ukuran, kesamaan, dan reaksi
6. Tanda-tanda vital
7. Pemeriksaan funduscopy untuk mengetahui papilaedema
8. Adanya kejang
9. Ketidaknormalan berbicara
10. Ketidaknormalan saraf-saraf kranial
11. Gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial
Diagnosa keperawatan
1. Kecemasan
2. Perubahan dalam rasa nyaman : nyeri
3. Gangguan komunikasi verbal
4. Bersedih Kurangnya pengetahuan
5. Gangguan mobilitas fisik
6. Perubahan persepsi sensorik : auditary, visual, kinestetik, gustatory, tactile.
7. Gangguan proses berpikir
8. Gangguan perfusi jaringan cerebral
Perencanaan dan pelaksanaan
Tujuan pasien yang diharapkan :
1. Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari semaksimal mungkin
2. Pasien dapat menjelaskan terapi spesifik dan tujuan yang diharapkan.
3. Pasien dapat menjelaskan tanda-tanda dan gejala-gejala yang perlu dilaporkan kepada dokter.
4. Pasien dapat menjelaskan obat-obat yang didapat, meliputi : dosis, efek samping, efek yang diharapkan, cara pemberian dan waktunya.
5. Pasien dapat menjelaskan tentang perawatan kulit dan hubungannya dengan radiasi.
6. Pasien dapat menjelaskan rencana untuk perawatan tindak lanjut.
7. Pasien dapat menjelaskan dan memperlihatkan latihan yang telah ditetapkan.
8. Pasien dapat menjelaskan tentang bagaimana mendapat dukungan masyarakat.
9. Pasien dapat menjelaskan tentang perawatan pre operasi dan pasca operasi.
10. Pasien dapat mengungkapkan ketakutan-ketakutan mengenai hubungannya dengan diagnosa.
Pelaksanaannya
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi :
· Pembedahan
· Radioterapi
· Chemoterapi
Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.
Pembedahan
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi ICP dan mengangkat tumor.
Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan Craniotomy.
Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intra cranial adalah :
a) Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
b) Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-perasaan takut yang dialami.
c) Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.
d) Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.
e) Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan pembedahan, meliputi :
· Baluatan kepala
· Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka
· Menurunnya status mental sementara
Perawatan post operasi, meliputi :
a) Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 – 6 jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai 4 jam sekali.
b) Monitor adanya cardiac arrhytmia pada pembedahan fossa posterior akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c) Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc / hari.
d) Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
e) Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
f) Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
g) Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
h) Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
i) Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya : antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
j) Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.
Hydrocephalus
Biasanya suatu kateter diletakan pada suatu ventrikel dari otak untuk mengalirkan cairan spinal yang berlebihan dan untuk mencegah hydrocephalus dan penigkatan TIK.
Hydrocephalus dapat juga terjadi secara permanen pada tumor intracranial dan biasanya dimanifestasikan dengan gejala-gejala peningkatan TIK. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan “Shunting”
Ada beberapa tipe dari prosedur shunnting, hal ini dapat dinamakan menurut asal dan akhir pada shunt tersebut dipasang. Diantaranya adalah :
· Cyst – peritoneal
· Lumbar – Peritoneal
· Ventrikuler – Jugular
· Ventrikuler – Peritoneal
Perawatan post opeasi pada pasien dengan shunt adalah :
Monitoring
· Mengkaji status neurologis sesering mungkin untuk beberpa penurunan dalam status mental.
· Observasi adanya gejala-gejala subdural hematoma, yang merupakan salah satu efek sampaing pembedahan.
· Monitor gejala-gejala aliran yang berlebihan, sebagaimana dirasakan dengan sakit kepala, khususnya pada saat pasien duduk lebih tinggi atau berdiri.
· Mengkaji derajat dan karakter dari drainage.
Mempertahankan status gastrointestinal
· Mengecek sesering mungkin untuk tanda-tanda dari paralisis ileus, karena manipulasi usus besar dapat terjadi akibat diletakkan shunt pada bagian peritoneal.
· Pasien dipuasakan untuk hari pertama dan kemudian dpaat diberikan air putih secara bertahap.
· Pemberian makanan dapat dimulai segera setelah bising usus ada, dimana pasien mulai makan cair.
Pertahankan rasa nyaman
· Memberikan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri
· Memperhatikan agar tidak tertekan daerah insisi.
Meningkatkan pergerakan
· Pergantian posisi dapat dilakukan.
· Meningkatkan bagian kepala temapat tidur secara perlahan-lahan pada saat mobilisasi
· Pasien dapat dianjurkan untuk ambulasi segera setelah penurunan tekanan intracranial.
Komplikasi post operasi
1. Edema cerebral
2. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
3. Hypovolemik syok
4. Hydrocephalus
5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)
6. Infeksi luka operasi.

CVD

strok atau cedera serebro vaskuler (cva), adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
Etiologi
1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa keotak dari bagian bagian tubuh yang lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah kearea otak)
4. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)
Faktor resiko dan pencegahan
1. Hipertensi merupakan faktor resiko utama
2. Penyakit kardiovaskuler (embolisme serebral mungkin berasal dari jantung)
3. Kadar hematokrit normal tinggi (yang berhubungan dengan infark serebral)
4. Diabetes (peningkatan aterogenesis)
5. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai, usia diatas 35 tahun, perokok kretek, dan kadar estrogen yang tinggi
6. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat menyebabkan iskemia serebral umum
7. Penyalahgunaan obat, terutama pada remaja dan dewasa muda
8. Konsulkan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah (kolesterol), tekanan darah, merokok kretek, dan obesitas
9. Mungkin terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan stroke
Manifestasi klinis
1. Kehilangan motorik
2. Kehilangan komunikasi
3. Gangguan perseptual
4. Kerusakan aktifitas mental dan efek psikologis
5. Disfungsi kandung kemih
Penatalaksanaan fase akut pada klien dengan stroke
1. Fase akut biasanya berlangsung 48 sampai 72 jam
2. Pertahankan jalan napas dan ventilasi yang adekuat
3. Baringkan klien dengan posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur sedikit ditinggikan
4. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik
5. Pantau terhadap komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis, pneumonia)
6. Periksa jantung terhadap abnormalitas ukuran, irama, dan tanda-tanda gagal jantung kongestif
Penatalaksanaan medis
1. Diuretik
2. Antikoagulan
3. Obat-obat antiplatelet

Askep DM

1.Pengertian diabetes mellitus
- Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)- Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)- Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).- Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
2.Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :a.Faktor genetikRiwayat keluarga dengan diabetes :Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.b.Faktor non genetik1.)InfeksiVirus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.2.)Nutrisia.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.b.)Malnutrisi proteinc.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)StresStres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
3.Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :a.Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.b.Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :1.)Non obesitas2.)ObesitasDisebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.c.Diabetes mellitus type lain1.)diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.2.)Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik3.)diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
4.Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
5.Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :Pada tahap awal sering ditemukan :a.Poliuri (banyak kencing)Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.b.Polidipsi (banyak minum)Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.c.Polipagi (banyak makan)Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kuruse.Mata kaburHal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6.Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa
7.Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :a.Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.b.Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.c.Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.d.Diet B1 dan B­2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.Indikasi diet A :Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.Indikasi diet B :Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :a.Kurang tahan lapan dengan dietnya.b.Mempunyai hyperkolestonemia.c.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.d.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.e.Telah menderita diabetes dari 15 tahunIndikasi diet B1Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :a.Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.b.Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.c.Masih muda perlu pertumbuhan.d.Mengalami patah tulang.e.Hamil dan menyusui.f.Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.g.Menderita tuberkulosis paru.h.Menderita penyakit graves (morbus basedou).i.Menderita selulitis.j.Dalam keadaan pasca bedah.Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.Indikasi B2 dan B3Diet B2Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.Sifat-sifat diet B2a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.b.Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.c.Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.Diet B3Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mtSifat diet B3a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).b.Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.c.Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).d.Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.e.Dipilih lemak yang tidak jenuh.Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.Penyuluhan kesehatan.Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.
8.Komplikasi
a.Akut1.)Hypoglikemia2.)Ketoasidosis3.)Diabetikb.Kronik1.)Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.2.)Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.3.)Neuropati diabetic.
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1.PengkajianPengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :a.Aktivitas dan istirahat :Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.b.SirkulasiRiwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.c.EliminasiPoliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.d.NutrisiNausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.e.NeurosensoriSakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.f.NyeriPembengkakan perut, meringis.g.RespirasiTachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.h.KeamananKulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.i.SeksualitasAdanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2.Diagnosa KeperawatanBerdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3.Rencana Keperawatana.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.Tujuan :Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.Intervensi :1.)Pantau tanda-tanda vital.Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.4.)Timbang berat badan setiap hari.Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.Tujuan :Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepatMenunjukkan tingkat energi biasanyaBerat badan stabil atau bertambah.Intervensi :1.)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.2.)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).3.)Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.4.)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.5.)Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.Tujuan :Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.Intervensi :1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.2).Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.3).Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.4).Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.5).Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.Tujuan :Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.Intervensi :1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.Tujuan :Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.Intervensi :1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.Tujuan :Mengakui perasaan putus asaMengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.Intervensi :1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.Tujuan :Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.Intervensi :1.)Ciptakan lingkungan saling percayaRasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.